Senin, 01 Agustus 2016

Catatan Tahun Pertama di ITB

Halo semua, perkenalkan saya Muhammad Faisal Aziz, sekarang telah menjadi mahasiswa Sistem dan Teknologi Informasi ITB 2015. Di blog ini, saya akan membagikan beberapa kenangan saya selama SBMPTN dan tahun pertama di ITB. Semoga bisa menjadi motivasi buat pembaca, atau mungkin buat adik-adik yang mau masuk perguruan tinggi. Enjoy it :)

Dalam seri catatan tahun pertama ini, saya membuat beberapa catatan penting saja yang paling saya kenang. Tentunya kalo menyangkut perasaan pribadi (seperti baper, putus cinta, dan lainnya) tidak akan saya post disini, karena menyangkut kebaikan banyak orang. Berikut adalah list dari postingan catatan lama saya yang baru saya post.

Pengalaman Ikut Tes President University
Pengalaman Intensif dan Tes SBMPTN 2015
Pengumuman SBMPTN 2015
Masa Awal Masuk ITB
Review Semester 1 ITB (Mata Kuliah)
Yakin Nih Namanya Charity?
Review Semester 2 ITB (Mata Kuliah)
AMI 2016 Penuh Cinta
Pengalaman di TEC
Pengalaman Tertipu Berkedok Mengajar

Tentunya tulisan-tulisan saya ini jauh dari sempurna. Terutama dari segi bahasa saya yang sengaja nggak formal. Kalau ada kritik, saran, curhat, dan pertanyaan, bisa dikirim lewat comment, kalau merasa kepanjangan, kirim lewat email aja ke muhammadfaisalaziz@outlook.com. Saya akan bantu semaksimal yang saya bisa.

Akhir kata, terimakasih. Selamat membaca

Pengalaman Bekerja Sebagai Pengajar : Sebuah Pengalaman Pahit

Untuk seri terakhir dari pengalaman saya selama kuliah setahun ini, buat siapapun yang membaca, tolong jangan salah artikan judul yang saya buat. Saya hanya ingin berbagi pengalaman saya selama mengajar saja :)

Saya dulunya sempat ikut OSN dan lomba-lomba di tingkat nasional. Dan mungkin, pengalaman itu yang bikin sebuah lembaga pelatihan olimpiade tertarik buat ngerekrut saya. Dalam kondisi seperti itu, saya bergabung. Ngga perlu sensor-sensoran deh, saya bukan KPI. Lembaga pelatihan Olimpiadenya bernama DERALL OLYMPIAD CENTER. Pimpinannya atau koordinatornya bernama Dicky Fardiana. Kalo nggak salah, alumni Astronomi ITB angkatan 2003 (pernah liat skripsinya), terus juga sempet kuliah di S2 Teknik Geofisika ITB (cuma dropout, sumbernya dari pangkalan data kemendikbud). Kalo gasalah waktu ngestalk, pernah di S2 Fisika UI cuma undur diri juga (kalo gasalah orang, soalnya namanya sama).

Singkat cerita, mengajarlah saya di SMAN 12 Bandung. Letaknya jauh loh dari rumah saya, sekitar 6 km an. Kena macet pula. Yaiyalah, kircon. Dari kampus juga jauh. Tapi deket dari TSM (ini kenapa selalu main ke TSM tiap sabtu). Saya ngajar disana tiap sabtu. 3 jam per minggu. Melihat penampilan Dicky yang sholeh, awalnya saya percaya. Kenapa nggak percaya, orang itikaf aja penuh di masjid. Dibandingin sama saya yang di akhir ramadhan malah menabung tidur. Awalnya juga dia bayarnya tepat waktu, baru pertemuan kedua aja udah dilunasin sampe pertemuan ketiga.

Tapi, makin kesini pembayaran dari dia makin telat aja. Dan saya sendiri nggak cuma ngajar SMAN 12 doang, tapi juga di SMAN 14 (yang ini sih deket dari rumah) tiap senin dan jumat sore. Nah untuk SMAN 12, dia baru bayar sampe bulan oktober akhir itu di bulan desember. Bahkan untuk SMAN 14 belum dia bayar sama sekali sampe detik ini. Padahal, dia selalu merintahin saya buat dateng kesana, bahkan disaat kelasnya gaada orang sama sekali. Terus aing ngajar siapa pak? Ngajarin rumput yang bergoyang kali ya.

Nah, puncak dari keonaran Dicky ini pas saya semester 2. Karena terjepit dengan beban yang diberikan sekolah-sekolah tersebut, dia memaksa kami bekerja di hari Senin dan Rabu juga. Ya kali pak, aing juga punya jadwal kuliah. Beberapa kali saya skip kuliah cuma buat ngajar doang. Dan hasilnya apa? Saya belum nerima pembayaran saya sampe sekarang. Disitu saya merasa sedih.

Dan sebelum OSK, saya baru tahu kalau saya seharusnya dibayar 2 kali lipat dibanding yang diterima oleh saya. Jadi yang saya terima itu udah dipotong setengahnya sama Dicky. Anjir malu aing punya senior yang kayak gini. Kelakuan sosoan alim, eh di tukang mah tukang ngambil hak batur. Hirup deui (Translate : Kelakuan kayak yang alim, tapi dibelakang suka ngambil hak orang lain. Hidup pula).

Di tengah kejengahan saya kepada Dicky, muncullah sebuah harapan. Saya punya nilai tawar. Murid yang saya ajar, lolos ke OSP. Sebuah kebahagiaan sendiri sih mengingat asalnya cuma dari SMAN 12 yang dianggap papan bawah, bahkan untuk sekelas SMAN 5 dan SMAN 2 ngga ada yang lolos di bidang Komputer (kalo soal ini saya sebagai alumni mohon maaf banget). Disana saya merasa agak bahagia juga sih, karena didikan saya berhasil lolos, meskipun udah saya gembleng secara ketat. Ya cara mengajar saya cukup keras sih, dan lebih ke pendekatan personal. Tapi dijamin rame dan ngerti.

Tapi ya tetep aja Dicky gamau bayar saya. Banyak sekali alasannya. Bahkan sampai detik ini, hak saya untuk hasil kerja keras saya di SMAN 14 belum dibayar olehnya serupiah pun. Dan untuk hasil kerja keras saya melatih sampai sebelum OSP di SMAN 12 juga belum dibayar lagi sejak Desember 2015 (dan tunggakannya dari bulan November). Padahal pembayaran dari sekolah sudah tuntas dan seharusnya sudah diserahkan ke saya sejak kapan. Ada juga teman saya yang ditipu disuruh ngajar di Jakarta, ternyata disana nggak ada kegiatan apa-apa. Bahkan kami sering dimarah-marahi oleh dia karena menuntut hak kami. APA YANG SALAH SIH DARI MENUNTUT HAK?

Ternyata setelah sharing sama mantan pengajar tahun-tahun sebelumnya, memang Dicky atau Derall ini selalu bermasalah. Tidak pernah membayar gaji pengajarnya. Bahkan dari pengajar tahun 2010-2011 pun masih banyak yang belum dibayar sama sekali gajinya. Memang itu sempat membuat saya stress dan jatuh sakit, sehingga 3 hari nggak masuk kuliah karena sakit (pernah maksain di hari selasa tapi malah sakit dan muntah-muntah di WC GKU Timur) sehingga ujungnya jadi nggak masuk juga. Dan satu hal yang saya pelajari, jangan mau bekerjasama dengan seseorang, hanya karena dia lulusan PTN X atau karena kelakuannya yang cukup sholeh. Karena Dicky juga sholeh, bacaan Qurannya bagus, terus juga pernah jadi imam tarawih, tapi kelakuannya bejat dan korup seperti itu.

Dan sampai saat ini, chat saya sejak tanggal 28 April 2016 belum diread oleh Dicky Fardiana, dan sampai sekarang dia terus berjanji yang tidak pernah ditepati. Semoga kelak dia akan mendapat balasan yang setimpal atas perbuatannya. Mungkin nggak sekarang, tapi nanti.

Mengingat hal tersebut, karena Dicky katanya "Religius", seharusnya dia paham akan hadist ini
Ada tiga golongan orang yang kelak pada hari kiamat akan menjadi musuhku. Barangsiapa menjadi musuhku maka aku memusuhinya. Pertama, seorang yang berjanji setia kepadaku lalu dia ingkar (berkhianat). Kedua, seorang yang menjual orang lalu memakan uang harga penjualannya. Ketiga, seorang yang mengkaryakan (memperkerjakan) seorang buruh tapi setelah menyelesaikan pekerjaannya orang tersebut tidak memberinya upah. (HR. Ibnu Majah)

Semoga dia segera menyadari kesalahannya, atau dia akan dapat balasannya. Baik dari saya pribadi, atau mungkin dari orang lain. Buat para pembaca, hindarilah seorang bernama Dicky Fardiana, atau lembaga bernama Derall Olympiad Center atau anda akan bernasib seperti saya, atau teman-teman saya.

Pengalaman di Unit TEC-ITB : USB, Jualan, dan TEC Academy

Setelah membahas apa saja yang dilakukan saya selama menjadi panitia AMI, saya juga akan membahas mengenai pengalaman saya di TEC ITB.

Awalnya saya ikut TEC ITB, bareng Andra waktu itu. Pertama kali ikut pertemuan, katanya kaderisasinya bakal dikasih ke pihak ketiga, yaitu USB, saya sendiri lupa kepanjangannya apa. Kalo ngga salah sih University of Life, Successful Lifestyle, Business School. Nama yang kepanjangan buat sebuah lembaga. Karena link referensi saya sudah saya lupa (karena hp rusak jadi savean kedelete juga), dan di google adanya para pemuja siswanya Pak Victor (Pendiri USB), jadi saya gunakan bahasa saya sendiri deh.

Pertemuan pertama diadain di Azalea Room BTC Mall. Lantai paling atas. Ruangan paling adem, AC nya banyak. Saya aja kedinginan karena lupa bawa jaket. Terus toilet deket sana bagus banget, standar hotel lah, gausah bandingin sama WC di ITB, weker (WC Kering) Smunda aja kalah kalo dibandingin sama ginian. Kesan pertama bagus, jadi ya apa salahnya ikut dulu lah. Terus disuruh beli buku "8 Langkah Ajaib Menuju Ke Langit" karyanya Pak Victor Asih. Okelah gua beli. Terus isi formulir wawancara, lebih ke pendaftaran juga sih.

Pertemuan berikutnya di perpus ITB lantai 4, mulailah kekecewaan saya. Kok materi yang disajikan lebih kayak ngebahas isi buku sama pengalaman pak Victor. Bukan ke arah materi yang core atau essential dari bisnis itu sendiri. Kalo masalah numbuhin motivasi, saya percaya sih nyari motivasi bisa dari mana aja. Pertemuan selanjutnya juga sama, ngebahas isi buku lagi. Kali ini deadline tugas yang visualisasi impian sama pembayaran 150 rb. Karena Andra udah transfer ke saya, mau ga mau berangkat ke sana. Nah di akhir sesi ini ngebahas tentang project 1, katanya suruh jual bukunya Pak Victor, ditarget minimal 3 buku biar bisa lolos atau bertahan, atau 5% dari yang paling banyak jual. Nugelo maneh, aing macana ge haroream, dititah ngajual 3 ka batur (Translate : Gila aja lu, gua aja bacanya males. Apalagi disuruh ngejual 3 ke orang lain). Dan saya mulai membaca buku Pak Victor, yang layout sampulnya standar banget kalo gamau dibilang jelek. Yang saya heran, masa menteri sama pak SBY katanya baca yang ginian? Bukan underestimate ya, dari cover aja udah pas-pasan, terus juga isinya biasa banget. Lebih kayak autobiografi. Kecuali bagian 2 yang menurutku juga pas-pasan banget. Agak ragu saya bukunya pernah dibaca tokoh-tokoh yang sering disebut di dalam seminarnya.

Oke, tugas 1, SKIP. GA JUAL SAMA SEKALI WKWKWK. Kalo Andra sendiri jual 3, 1 buat bokapnya, 2 nya lagi dipesen sama temen nyokapnya. Nah saya melakukan prinsip saya, karena jatah maksimal 3 bolos, yaudah saya bolos 3 kali dulu. Di pertemuan berikutnya saya telat parah. Karena katanya di BTC, taunya ngga. Saya kesana disana gaada siapa-siapa. Kesel? Jelas. Terus dari orang USB yang disana juga kayak ngga ngasih solusi gitu. Mana macet pula di pasteur. Akhirnya nyampe ke ITB lagi jam 4.50. Udah mau kelar. Absen dikit, ternyata lagi ada penjelasan project berikutnya yaitu jual nanospray, sama pembalut dll. Eh tunggu, PEMBALUT? Gasalah denger nih aing? Keluar dari seminar saya dan Andra menyindir jualan pembalut. Ya kali aing nawarin pembalut buat pacar aing (waktu itu). Ya kali euy. Ya kali.

Pulang dari kampus, seperti biasa karena malam minggu saya skype-an sama doi tercinta (sekarang jadi mantan sih, ngga tercinta lagi kan). Nah saya candain aja tuh, sekalian sambil curhat disuruh jual nanospray. Terus candain sosoan jual pembalut. Untungnya doi ga marah, malah bilang kalo itu MLM, dan ngga baik. Di bagian ini aing tersentuh banget, dan memutuskan untuk keluar dari USB, apapun konsekuensinya di TEC, entah aing ga dilantik lah dsb. Dan untuk mantan aing, aing suka gaya maneh, cuma sekarang ga suka aja.

Dan beberapa hari setelahnya, saya dan Andra dipanggil oleh para petinggi TEC. Disana dijelaskan bahwa mereka sudah tidak bekerjasama lagi dengan USB, dan penilaian dari USB tidak memengaruhi penilaian TEC. Jadi, silahkan ikut ujian USB, boleh iya atau ga ikut juga gapapa. Alasan lainnya karena takut USB menuju ke arah MLM. Yaa ternyata bener juga sih. Dan akhirnya ketika UAS versi USB, saya dan Andra ga ikutan ujian, malah makan-makan di nasgor mafia sampe kepedesan. Dan ternyata yang ikut UAS USB cuma dikitan.

Besoknya, ternyata ada project jualan. Jualannya bebas, asalkan bisa balikin uang yang ada. Nah karena saya ngga ikutan (saya telat karena sakit), saya ga sengaja ketemu Andra di monju. Waktu itu dia jualan teh. Dan ternyata dia jualan teh yang suka ada di masjid salman. Okd Dra, nice. Akhirnya saya bantuin Andra dan kak Intan (kakak kelas saya waktu SMA dulu) jualan di sekitar monumen perjuangan. Dan banyak banget yang beli di taman gesit. Thanks banget ibu-ibu yang rekomendasiin ngasih kesana.

Minggu depannya barulah saya jualan juga. Jualan Aqua. Kasih harga 5000 an sebotolnya, juga jualan oreo kasih 2000 an satunya. Alhamdulillah laku dan untung 170 rb-an. Selama jualan ini, saya juga dibantu sama Andra buat jualannya.

Setelah masuk TEC, saya ikutan TEC Academy. Lebih ke ngebahas gimana bikin startup dan sebagainya. Namun sampe sekarang, belum ada pertemuan lagi, kayaknya karena pematerinya masih kurang banyak.

Sekian pengalaman dari saya. Kalo ada pengalaman baru pasti saya edit disini kok.

Pengalaman Menjadi Panitia AMI

Oke, setelah nulis tentang review semester 1 dan 2, saya mau nulis sedikit pengalaman saya menjadi panitia ITB Day, atau lebih dikenal oleh dede-dede gemes sebagai AMI (Aku Masuk ITB).

Saya sendiri sudah tau acara ini dari kelas 11, waktu itu ada temen yang ngajak kesana, cuma waktu itu ngga bisa karena syuting dan aing lupa siapa orangnya. Siapapun maneh, aing cinta maneh. Kelas 12 juga sempet ke ITB Day, ngeliat stand-stand yang ada disana. Dan saya dateng sama temen saya dan ada seorang paparazzi yang motoin aing.

Karena udah pernah kesana, ngga ada salahnya dong ikut nyoba jadi staff panitia. Di AMI 2016 ini, saya jadi staff bidang Litbang, atau lebih enaknya disebut dengan Research and Development (RnD). Dan lebih uniknya lagi, kadiv Litbang ITB Day 2016 ini bernama sama seperti saya. Kadivnya bernama kak Faisal, dari Teknik Kimia 2014. Litbang ini lebih ke arah bergerak bareng sama paguyuban-paguyuban yang ada di ITB untuk memberikan materi tentang masuk PTN ke daerah-daerahnya masing-masing sekalian mencari dede-dede gemes yang terpendam disana. Tapi juga kita mengontrol juga kualitas materi yang diberikan melalui survei yang diberikan kita.

Saya juga ikut roadshow ke SMA tercinta berjayalah sepanjang masa, SMAN 2 Bandung. Disana saya sama Zakki mempromosikan tentang jurusan-jurusan yang ada di STEI, dan macam-macam jalur masuk ITB (yang ini harusnya anak 2 tau. Masa Charets'16 ga tau sih babuk ku aing mun teu apal keneh). Sayangnya menurut saya pribadi materi nggak tersampaikan dengan baik. YAIYALAH, ORANG 1 FAKULTAS DIKASIH WAKTU CUMA 2 MENIT. COBA BANDINGIN SAMA UNPAD YANG SEFAKULTAS DIKASIH WAKTU 10 MENIT. Terus sepertinya muka-muka imut kami belum mampu mencapai perhatian mereka, terbukti dengan Charets'16 yang keterima Unpad lewat SNMPTN jauh lebih banyak dibanding yang keterima ITB, hampir 2 kalinya kalo ngga salah, padahal biasanya yang keterima Unpad lewat SNMPTN sepertiganya yang keterima ITB (tahun saya setengahnya).

Nah setelah masuk kampus, saya ngereview isi dari survei yang dilakukan oleh panitia Litbang AMI kepada siswa-siswi kelas 12 di seluruh Indonesia. Dari survei kepada ribuan dede emesh siswa kelas 12 ini, masih banyak yang belum tau SNMPTN dan SBMPTN. Ini fatal loh, mengingat udah masuk semester terakhir mereka di SMA. Bahkan ironisnya, masih ada yang ngga tau padahal sekolahnya di Bandung, pusat kota. Di Dago Pojok (NO MENTION YA). Kadang saya merasa sedih liat surveinya.

Dan inilah yang melandasi saya untuk bener-bener bekerja selama AMI 2016. Kenapa? Saya ingin informasi mengenai masuk PTN tidak hanya ada di sekolah-sekolah di kota-kota besar aja. Saya juga ingin mereka yang ada di daerah mengetahui juga informasinya, dan semoga juga mereka punya mimpi untuk melanjutkan kuliah, syukur-syukur kalo mereka mau masuk ITB. Karena bagi saya, motivasi dalam diri itulah yang melandasi mereka untuk melakukan sesuatu, bahkan untuk masuk PTN, kalian butuh motivasi yang bikin kalian mau masuk ke PTN tersebut dan jurusan tersebut. Kalo hidup tanpa motivasi, itu udah bagaikan mayat hidup aja. Tinggal menunggu mati doang, atau menungu datangnya fajar lalu terbakar.

Oke, saya kembali ke topik awal. Selama ITB Day 2016, saya berada di sekitar CC Barat dan CC Timur buat ngesurvei pengunjung, tentang kesan ITB Day. Kesan mereka pada umumnya baik. Sayangnya kurangnya peta untuk menunjukkan stand-stand jurusan, dan penandanya juga masih kurang, itu yang harus diperbaiki. Selain itu, mayoritas pengunjung juga kecewa dengan tourlab, dimana mereka harus ngantri tapi tetep nggak dapet bagian untuk tourlab. Kekecewaan ini yang mungkin akan jadi evaluasi untuk kedepannya. Terus juga seminar banyak yang nggak dapet.

Di akhir acara, saya merasa bahagia. Karena melihat wajah dede-dede gemes mereka yang bahagia juga, setelah seminar dan mereka dapet info baru dan motivasi baru untuk melanjutkan pendidikan mereka. Semoga kita bertemu lagi di kampus ITB ini. Dan semoga saya diberi kesempatan untuk tetap bisa memberikan informasi, semangat, dan motivasi kepada adik-adik diluar sana yang ingin melanjutkan pendidikan namun menemui banyak kendala.

Dengan Cinta,
Muhammad Faisal Aziz
18215044

Review Semester 2 di STEI ITB

Oke, saatnya saya ngepost tentang semester kemarin, semester yang penuh dengan ujian. Walau badai menghadang, ingatlah ku kan selalu setia menjagamu, berdua kita lewati jalan yang berliku tajam, saya tetap selamat kok lewatin semester ini.

Di semester ini saya mulai mengenal cabut-cabutan pas kuliah. Ya beralasan sih, tapi kalo diinget ujungnya nyesek juga (mungkin akan dibahas di post lain). Terus juga UTS PAR dan Fisika yang penuh kebaperan karena aku cinta dia *eaa, dan sempet putus di awal semester (yang ini ngga ngefek sih). Di semester ini juga banyak temen saya yang jarang masuk, dan mulai ilang-ilangan, termasuk teman dekat saya yang ngga masuk kelas fisika setelah UTS namun absennya tetap penuh. Namun, dibandingkan yang lain, cabut saya lebih beralasan kok.

1. Matematika IIA
Dengan dosen yang sama, kelas Matematika IIA harusnya lebih menyenangkan. Tapi sayangnya saya terlalu capek, dan sering tertidur di kelas. Tiap selasa harus ada kuis juga, jadi saya belajar di kelas kimia (kebetulan kelas kimia sebelum kelas Matematika). Kelas yang hari senin beberapa kali nggak masuk karena bentrok sama jadwal magang saya, dan kamis juga karena saya kelelahan di magang hari rabu, atau kelelahan habis praktikum di hari rabu. Setelah UTS, selama Pak Yudi seminar di luar negeri saya dan teman-teman saya cabut bersama untuk nonton Batman v Superman. Yang jadi provokatornya tidak lain dan tidak bukan tentunya saya (cuma sekali seumur hidup, jangan ditiru). Tapi ya saya tetap bertanggung jawab dengan belajar dari buku Purcell dan Schaum Outlines di waktu senggang saya. Dan waktu pelajaran Matematika ini sering saya gunakan untuk belajar matkul lain yang nggak saya mengerti. Meskipun begitu, nilai Matematika IIA saya ini bisa dibilang paling bagus dari nilai-nilai matkul lain yang saya ambil di semester ini.

2. Fisika IIA
Sebenarnya cara Pak Fiki menerangkan sangatlah enak, dan saya pun masih bisa mengerjakan soal-soal yang diujikan pada saat UAS. Tapi sayangnya, kebaperan yang melanda saya selama UTS Fisika dan faktor mental breakdown karena UTS PAR terlalu kuat, sehingga nilai UTS saya anjlok, namun masih tertolong oleh UAS saya yang bisa dianggap bagus (80-an kalo ngga salah), jadi indeksnya tetap sama kayak semester kemarin, tapi sama kayak Matematika IIA. Di semester ini juga, praktikumnya nggak terlalu ribet kayak semester satu, cuma bikin laporannya cukup menantang. Dan matkul ini, absen saya alhamdulillah masih 100% sampai akhir semester.

3. Kimia IIB
Saya bisa menganggap matkul ini adalah matkul dimana saya paling pantas mendapat nilai yang keluar. Nggak pernah merhatiin di kelas (soalnya belajar kalkulus atau tidur), terus juga ujian selalu belajar H-1 (UAS malah belajar J-3). Nggak ikut UP, rasanya indeks naik karena harian bagus sudah sangat menolong.

4. Dasar Pemrograman
Mata kuliah khas jurusan IF yang bikin mayoritas anak yang mau masuk IF jadi batal. Awal semester saya indah, karena yang mengajar adalah Pak Saiful Akbar, dan beliau sangat baik dalam mengajar. Kuis dan ujian selalu dapat saya kerjakan dengan baik di awal semester, sampai setelah UTS beliau digantikan. Setelah itu, performa saya menurun tajam. Bahkan saya babak belur dihajar tubes dan praktikum yang nilainya tak kunjung baik apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi

5. Pengantar Analisis Rangkaian
Dulu namanya DRE (Dasar Rangkaian Elektronik). Sebenernya ada alasan lain, karena nilainya D oR E, kalo nggak D, ya E. Setelah diganti sama PAR, ya nilainya jadi PARah. Setengah kelas saya dapet nilai D dan E. Tbh, sebenarnya saya bisa ngerjain soalnya, cuma pas UTS saya gagal total karena kebaperan saya. UAS dan kuis belum bisa menolong, padahal UAS saya bisa benar cukup banyak.

6. Pengantar Rekayasa dan Desain 2
Dosen yang sama dengan dosen PAR, namun disini lumayan enak. Minggu kedua kuliah sudah UTS (kalo gasalah 4 Februari UTS). Terus tugas bikin robot Lego Mindstorm tiap minggu, laporan juga tiap minggu. Dan UTS saya sempat telat 15 menit tapi ngerjainnya ga nyampe 15 menit udah kelar. Tubesnya bikin robot rubic solver. Lumayan menantang. Satu-satunya matkul yang memuaskan saya di semester ini. Terus karena tugas boleh dibawa pulang, jadi saya datang ke kelas cuma buat absen, lalu langsung pergi main (entah ke ciwalk atau ke bec buat sekedar jalan-jalan. Pernah ke ciwalk buat makan-makan di mujigae).

7. Tata Tulis Karya Ilmiah
Kalo dipikiran kalian dosennya bikin ngantuk, itu salah besar. Justru sama pak Amas kita akan melek selama 2 jam, selain beliau tepat waktu, juga merhatiin mahasiswanya jadi nggak bisa tidur. Selain itu, UTS kami sempat diulang karena kami salah menulis nama Pak Amas, dengan ditulis tanpa gelar. Dan ada seorang teman saya yang menulis "Amas" saja, sehingga dimarahi oleh pak Amas. "Memangnya saya teman kamu?" Kata beliau. Ada-ada saja. Tubes TTKI yang jadi prasyarat buat UAS juga lumayan menantang, disuruh buat makalah yang berkaitan dengan STEI, saya bersama Faudy dan Hendra membuat tentang Model Pencegahan Penipuan Transaksi Belanja Daring, yang setebal 60 halaman lebih tebel dari rata-rata skripsi

Selain sibuk kuliah dan sempat magang (ceritanya akan saya post nanti), saya juga ikut kepanitiaan AMI, dan Pemira MWA-WM. Saya juga ikut PLO dari STEI ITB. Saya juga rajin ikut perwalian yang diselenggarakan oleh STEI karena ngincar konsumsinya. Selain itu, saya juga masih bisa santai main-main poker dan frekuensi jalan-jalan saya makin bertambah.

Oh iya, selama 3 kuesioner, saya selalu memilih Sistem dan Teknologi Informasi (STI) sebagai pilihan pertama saya. Alasan saya memilih STI adalah saya tertarik sama manajemen dan IT, dan pengen ngegabungin keduanya, terus lebih tertarik ke analisis bisnis juga.

Oke, sekian review dari saya tentang perjalanan saya selama semester 2 di STEI ITB

Charity? Yakin?

Tulisan ini sengaja saya tulis di blogku tercintah setelah melihat banyaknya tawaran-tawaran untuk charity dari orang-orang luar yang ada di sekitar kampus ITB (malah ada yang nawarin di depan perpus mampus lu njir. Selain buat sharing, tulisan ini terinspirasi dari blognya mbak Jessica Yamada tercintah yang gemesin banget. Kalau dia punya pengalaman kena begituan di mall, saya kenanya di kampus. Bukan sekali, bukan dua kali. Tapi berkali-kali. Selama saya TPB bahkan sampe udah dapet jurusan pun kena terus.

Pertama kali kena waktu itu di minggu ketiga kuliah. Di sebuah hari sabtu yang damai, setelah saya interview buat masuk AIESEC, dimana saya berkeringat dingin karena gugup jawab pertanyaan pake bahasa Inggris (kebiasaan bikin jawaban di bhs Indo terus ditranslate). Dan kebetulan waktu itu Eititu Cafe belum buka. Jadi lewatlah saya di dekat Masjid Salman bukan mau sholat, tapi mau beli makanan. Karena mungkin Tuhan mau menegur saya yang lebih mementingkan urusan perut dibandingkan ibadah, maka hadirlah seorang mas-mas dan mbak-mbak yang berpakaian cukup rapi, dan mencegat saya. Kata masnya sih dia sedang berusaha untuk belajar berkomunikasi, jadi ikutan organisasi yang katanya bergerak di bidang pengobatan untuk anak-anak pengidap leukimia di Indonesia (nama organisasinya saya lupa). Sebenernya saya nggak terlalu nangkep poin yang dijelasin sama si mas-mas nya itu, tapi ya keburu kasian juga soalnya kasian sama anak-anak pengidap leukimia di Indonesia. Ya taulah, biaya pengobatan leukimia juga mahal, sekali terapi bisa sampe jutaan. Kan bagus juga ada organisasi yang berjuang buat itu.

Nah terus si mas-masnya nawarin alternatif buat donasi, yaitu beli buku berisi voucher yang harganya 100 ribuan, isi vouchernya ada voucher karaokean, makan, dan lainnya yang saya lupa isinya apa. Nah jadi makin bingunglah saya. Buat apa beli buku yang berisi donasi, kalo saya bisa jadi donatur tetap yang besaran sumbangannya makin jelas. Nah saya awalnya mau ngecek sih, saya bilang aja ngga ada uang. Tapi mas-masnya ngotot, kan ada ATM lah. Yaudah, saya pura-pura ke ATM (karena niatnya nyumbang meskipun udah agak kesel sih, sebenernya ngga ke ATM cuma ke KKP beli minum doang, di saku waktu itu ada uang 6 lembar 100 rb an sebenernya). Yaudah akhirnya saya beli 1 buku doang. Tanpa dibaca ini itunya.

Nah setelah saya googling nama yayasannya, ternyata banyak kasus seperti yang dituliskan di blognya kak Jess panggil gini aja kaliya biar sosoan akrab. Ya emang sih cuma sekali seumur hidup (katanya) dan besarnya cuma 100 rb. Tapi ternyata yang disumbangin ke yayasan tersebut cuma 10% nya. Artinya dari 100 ribu itu, yang disumbangin cuma 10 ribu doang, 90 ribunya kemana? (Kemaren-kemaren jadi 30% sih, tapi tetep aja kecewa). Saya niatnya nyumbang 100 ribu langsung loh mas mbak, bukan cuma 10 ribu doang. Saya baru nyadar pas buka bukunya, dan saya nggak tertarik buat vouchernya, karena niatan saya bukan itu. Saya jujur aja lebih tertarik jadi semacam donatur tetap.

OKD. Saya kena *brb slams kepala belakang*

Pengalaman kedua kena, yaitu pas pulang dari perpus. Jadi karena saya kecapean habis main basket, saya tidur di perpus di ruang koran di lantai 3. Setelah pulang dan membaca pengumuman di depan perpus, 3 orang mas-mas mendatangi saya. Katanya dari yayasan anak. Nawarin buku voucher gitu. Jujur saja saya nggak bawa uang dan nggak bawa apa-apa. Orang habis maen basket doang di kampus. Mana mungkin bawa uang kalo bawa keringat mungkin lah. Nah karena saya udah tau, saya pura-pura liat bukunya aja. Ternyata yang disumbangin cuma 10%. Lagi-lagi bukunya ada cap dari GRANTON ADVERTISING. Karena udah tau, saya berkelit aja ngga punya uang, dan emang beneran gaada uang sih. Siapalah yang buat maen basket di kampus sampe bawa uang ratusan ribu. Mana ada elah. Dia maksa katanya mau anterin sampe ATM. YAKALI MAS SAYA BAWA ATM BUAT MAEN BASKET DOANG. Seharusnya dia bisa liat sih dari saya yang keringetan dan lemes pula. Di jalan mau balik ketemu mas-mas yang berbeda, 2 orang dari arah Labtek Biru, jalan lewat jalan diantara Oktagon dan TVST, nyamperin saya. Nawarin buku voucher yang sama. Saya bilang aja udah ke mas-mas yang di deket perpus. Gila aja, di dalem ITB masif banget operasinya sampe ke dalam kampus.

Pengalaman ketiga kena yang ginian lagi, di awal semester 2. Kebetulan waktu itu pas banget baru ambil duit, jalan di parkiran SR. Karena saya ngga ada niat baik buat beginian dan sudah tau kedoknya, ditambah saya mau main sama temen-temen ke Ciwalk, saya jelas nolak. Dikepung 3 orang bisa berkelit juga nunjukin saku ga bawa apa-apa, padahal isinya ada sih di saku belakang wkwk.

Pengalaman keempat kena lagi di depan salman. Modus sama seperti pengalaman pertama. Karena ngga ada mbak-mbak yang cakep, skip aja dengan gampang.

Pengalaman kelima kena di masjid salman. Yang ini yang ngedoktrinnya mbak-mbak yang cakep. Wah mantap tuh sayang aja jadi bagian buat ginian. Katanya sih vouchernya bisa buat dipake di cafe yang kata dia romantis buat jalan sama pacar. Terus juga ada voucher buat perawatan buat pacar saya. Lah gimana caranya mau beli kalo ditawarinnya gini. Saya aja ngga punya pacar, gimana mau beli mbak kecuali mbak mau jadi pacar sewaan, okelah saya beli mayan tuh vouchernya 3 kali makan. Karena nawarinnya gitu, dan ditambah kondisi yang lagi buru-buru, saya tolak lah tawaran tersebut. Dan baru 3 hari yang lalu ngeliat mbak-mbak yang sama ada di masjid salman lagi nawarin yang sama.

Dari kasus 5 kali kena yang ginian, meskipun cuma sekali yang beneran kejebak, bisa dilihat polanya. Bilangnya lagi belajar berkomunikasi, terus bilang ke saya "nanti vouchernya bisa dipake masnya buat bla bla bla loh". Kata-katanya kayak udah terprogram gitu, sama kayak kata-katanya Judy di Avatar The Legend of Aang yang diprogram sama Dai Li. Okelah, dari kasus itu, saya bisa liat mereka lebih ke arah jualan buku, bukan ke arah donasi. Seharusnya, kalo mau cari donatur, coba tawarin opsi jadi donatur tetap, saya juga dengan senang hari bisa gabung. Banyak banget kasus yang ternyata pemicunya sama, yaitu Granton, yang merupakan pemroduksi dari buku-buku laknat voucher ini, yang jelas menurut saya mereka bukanlah volunteer, tapi jatohnya mereka itu sales. Mereka memanfaatkan amal untuk kepentingan pribadi, seperti yang dipost di blog ini.

Pesan saya kepada pembaca yang budiman, hati-hati kalo di sekitar kampus anda, atau di mall banyak sales-sales berseliweran menyapa anda dengan alasan kegiatan amal. Lebih baik menyumbangkan untuk yang lebih jelas. Terimakasih

Review Semester 1 di STEI ITB

Setelah menulis cerita tentang masa awal masuk kuliah, saya akan menceritakan mengenai kuliah saya di semester pertama saya di STEI ITB, atau mungkin lebih ke kehidupan saya di ITB secara umum.

Meskipun saya bisa dianggap cukup bandel untuk kalangan anak STEI, tapi seenggaknya kehadiran saya di semester pertama kuliah ini sangat tinggi, mencapai 100% gapake tipsen dan cabut ditengah loh, dan belum diusir dosen juga. Pencapaian ini terbilang terbaik lah selama kuliah sejauh ini, mengingat waktu itu saya masih rajin masuk meskipun di kelas ujungnya main game poker di belakang kelas.

Karena belum mengenal yang namanya cabut kuliah, dan masih rajin-rajinnya masuk kuliah, saya palingan main tiap akhir minggu aja. Ke TSM lah sehabis saya ngajar. Mayan lah hedon-hedon dikit.

Oke, langsung aja saya review semua matkul yang diambil di semester pertama. Karena masih TPB, matkul yang diambil sama aja kayak fakultas/sekolah lain.

1. Matematika IA (Dosen : Pak Yudi Soeharyadi)
Beliau baik banget kalo ngajar, dan lumayan ngerti sih pas dijelasin. Sayangnya, saya cuma ngerti teorinya aja tanpa banyak latihan soal. Jadilah hasilnya ngga sesuai dengan harapan. Diantara semua matkul yang diambil selama semester 1, nilai Kalkulus inilah yang paling rendah meskipun ngga jelek-jelek amat sih

2. Fisika IA (Dosen : Bu Fatimah Arofiati Noor)
Materi yang diberi beliau singkat namun sangat jelas. Selain itu, beliau juga sabar dalam mengajar anak-anak kelas saya, bahkan sampe ada yang telat 1,5 jam pun ngga diusir. Nilai RBL yang diberikan beliau juga sangat bagus, dan anak-anak kelas saya juga sangat mengerti materi yang disampaikan oleh beliau, karena beliau tidak pernah memberikan slide kepada mahasiswa, agar kami mencatat. Praktikum selama di LFD pas semester 1 juga cukup mudah, tentang mekanika pada umumnya, dan asistennya baik juga

3. Kimia IB (Dosen : Pak Aminuddin Sulaeman)
Jujur aja, kimia dengan Pak Amin cukup menyenangkan. Karena beliau mengajar cukup jelas, dan selalu menjawab saat kami memberikan pertanyaan.

4. Olahraga (Dosen : Bu Rini)
Olahraga mungkin jadi matkul paling menakutkan bagi mayoritas anak STEI. Karena, buat A minimal 12 menit (zamanku sih begitu). Dan waktu diatas 16 menit sudah pasti nggak lulus (buat cowo tentunya). Ada 3 tes lari, yaitu di awal (buat patokan), UTS (bobotnya 25%), dan UAS (bobotnya 40%). Selain itu ada juga tes Teori dengan bobot 15% dan soalnya teramat sulit dan beda dari fotokopian KKP dan tes renang dengan bobot 10%. Tes awal sih, hasilnya 12 menit 51 detik. Dan itu sudah lumayan bagus sih menurutku, karena sesuai harapan. Selanjutnya tiap minggu kami lari 4 keliling dan dihitung waktunya. Awalnya lariku payah, 4 keliling hampir 9 menit, tapi seiring waktu, 4 keliling nggak sampe 6 menit (di minggu terakhir kuliah, 4 keliling cuma 5 menit 58 detik). Strategi buat lari cepet, yang penting push terus jangan sampe berhenti. Jogging sih ngga apa-apa.

5. PTI-B (Dosen : Bu Nur Ulfa Maulidevi)
Matkul PTI juga merupakan matkul yang menyenangkan. Karena pake bahasa pemrograman Pascal, yang mirip-mirip sama notasi algoritmik biasa. Bu Ulfa juga mengajarnya baik dan gampang dimengerti. Praktikum-praktikum yang dilakukan 2 minggu sekali juga baik-baik aja, meskipun saya pernah ceroboh salah mengirim file, tapi semua praktikum yang saya submit secara gak ceroboh alhamdulillah dapet nilai 90-100 an. Ujian PTI-B juga masih terhitung gampang kok, soalnya sudah pernah dijelaskan sebelumnya.

6. Bahasa Inggris : Critical Reading (Dosen : Pak A. Gumawang Jati)
Nah bapak dosen yang satu ini sangat baik dalam mengajar. Gak nyesel lah pernah diajar sama beliau. Kuliah cuma 45 menit tiap minggu tapi tiap materi ngerti. Terus, tugas-tugas yang ada direview secara bener-bener sama beliau sehingga kita bener-bener paham sama kesalahan kita, dan nggak ngulangin kesalahan kita lagi. Latihan dari Pak Gumawang di situs tanpadinding juga sangat berguna buat persiapan UTS, dan tipe-tipe soalnya mirip sama tipe-tipe soal UTS dan UAS. Selain itu, pas belajar disuguhin video jadi kelas kita menarik.

7. Pengantar Rekayasa dan Desain 1 (Dosen : Pak Ary Setijadi)
Untuk kelas PRD semester 1, saya tidak memiliki banyak kenangan. Karena beliau digantikan oleh asisten dosen, dan kelas sangat jarang (kalau nggak salah hanya 2 kali selama satu semester). Tugasnya cuma bikin video tentang engineering, bikin jembatan kertas dan menara kertas. Terus yang bikin kami agak bingung adalah waktu asistennya bilang nggak ada UAS, tapi ternyata ada UAS. Dan Asdosnya malah nanya ke kami uasnya kapan setelah UAS selesai. Mayoritas kelas PRD saya selama semester ini dihabiskan dengan tidur dan menonton yang lagi main dota (kebetulan Macbook Air ngga kuat buat ngedota). Jadilah matkul ini disebut Pengantar Rekayasa dan Dota.

Selain itu, saya selama semester 1 juga aktif di kegiatan Unit dan kegiatan kepanitiaan seperti Pemira KM ITB (komdis dabes lah pokoknya). Tapi juga saya nyempetin diri buat main poker sama temen-temen dan juga main sama beberapa teman saya yang dari luar negeri, sambil ngajarin mereka bahasa Indonesia juga. Mereka baik kok, cuma sayangnya kita ngga terlalu sering bergaul sama mereka dan aing kangen sama maraneh temen-temen aing yang bule dan juga dari Asia timur. Pokonya semester 1 ini semester paling santai dan berkesan di hati ini selama di ITB sejauh ini.

Masa Awal Masuk ITB

Setelah keterima STEI ITB, saya akhirnya daftar ulang. Saya mendapat NIM 16515248. Pada hari minggu, ada gladi sidang penerimaan mahasiswa baru. Disana suasananya rame banget. Dan saya duduk di sebelah temen-temen selama SMA. Sehabis gladi penerimaan yang cukup garing, saya makan di tunnel sama anak-anak STEI 2015 (meskipun saya nggak makan, cuma ikutan main poker doang). Disanalah saya ketemu teman-teman yang akhirnya menjadi teman jahiliyah saya selama TPB baru, yaitu Andra, Luthfi, dan Adam. Setelah main poker, kami makan bareng di Gelap Nyawang, kalo nggak salah makan nasgor bareng.

Besoknya, pas sidang penerimaan anak-anak STEI kececer di beberapa bagian, ada yang di sayap kiri, sayap kanan, dan di tengah. Saya sendiri kebagian di tengah dan jarang kesorot kamera. Kebetulan banyak banget yang kesorot kamera pas lagi tidur (tbh, orasi ilmiah pas sidang penerimaan itu lama, sekitar 1 jam, dan itu boring banget). Orasi ilmiahnya mengenai potensi industri gadget di tanah air, dengan analisis pasar dan teknologi oleh pak Adi (kalo ngga salah). Beliau adalah dosen STEI juga, dan sayangnya belum pernah mengajar saya. Meskipun menurut yang lain kurang menarik, topik ini cukup menarik buat saya, soalnya bidang saya waktu itu, yaitu STEI, dan saya juga dulu punya mimpi untuk membuat industri gadget di Indonesia, yang menurut saya pasar saat ini cukup baik dan teknologinya berkembang pesat. Di sidang itu saya duduk sebelahan sama Gian dan Devin Alvaro, yang dua-duanya ngantuk bareng juga.

Hari kedua, itu kuliah wawasan dari ITB. Karena datang agak mepet sama jam masuk, saya dapat kursi paling belakang, dan sialnya sinyalnya paling jelek juga disana. Jujur saja, saya ngga begitu merhatiin penjelasan dari pemateri malah sampe cabut cuma sayangnya ketauan protokoler. Sehabis istirahat, kita semua makan-makan (konsumsinya gratis wkwk). Sehabis itu ada materi tentang lingkungan kampus, yang sayangnya lagi-lagi ngga merhatiin gara-gara ketiduran.

Hari Rabunya, ada penjelasan tentang Perpustakaan dan tentang Fakultas. Penjelasan tentang fakultas dipimpin sama pak Jaka Sembiring selaku Dekan STEI, dan lebih ke arah perkuliahan selama di STEI. Keesokan harinya saya memasuki masa-masa SMSP, yaitu Strategi Menggapai Sukses Pribadi, yaitu seminar yang diadakan oleh LTPB-ITB. Pematerinya waktu itu Pak Emir dan Kak Sigit. Materi dari Pak Emir bisa dibilang bagus, sayang penyampaiannya terlalu ngebut dan kak Sigitnya juga terlalu dibully oleh anak-anak kelas saya. Selama 2 hari itu kami belajar tentang motivasi diri, terus juga SWOT, dan manajemen waktu. Saya juga sempet kesasar waktu pertama kali ke GKU Barat, karena gedungnya rumit banget tangga-tangganya. Sampe lieur aing muter-muternya, mana lantai 2 GKU Barat itu setinggi lantai 3 di gedung lain lagi

Hari Sabtu, karena saya lulusan SBMPTN, saya harus psikotes dulu. Psikotesnya di GKU Timur ruangan 9231 (saya kira lantai 3, ternyata lantai 4). Dan ternyata tangga di GKU Timur itu ga serumit di GKU Barat tapi lebih bikin aing cape sih naiknya. Ternyata psikotesnya lama banget, ditambah dengan ngerjain soal tes penjumlahan kertas yang kayak koran itu. Setelah itu saya sama Andra sholat dulu di BATAN, dan ikut tes bahasa inggris di Sabuga. Sebenernya ngga begitu susah sih, cuma bagian listeningnya cepet banget dan hampir ngga kedengeran.

Senin, 17 Agustus 2015, saya mengikuti upacara bendera di lapangan Saraga. Sebenernya ngga kayak upacara sih, soalnya ngga ngerasa gitu juga. Habis itu kumpul kelompok OSKM 88, dan ngerjain tugas OSKM di Cafe Halaman. Besoknya, ada SSDK, atau Seminar mengenai Strategi Sukses di Kampus. Pematerinya Kak Naufalino Fadel (yang nantinya jadi Kadiv aing di Eksternal MSTEI Kadiv tergokil terkece terbaik bangsa lah pokoknya) dan Kak Ruth dari MTI. Materinya mirip-mirip sama SMSP sih, cuma lebih luas lagi. Nah disini kakak-kakaknya enak, bisa dinego waktu baliknya, jadilah kami pulang sejam lebih awal dari jadwal kurang baik apa kan. SSDK ini berlangsung selama 2 hari, lalu besoknya OSKM.

Untuk OSKM 2015, nggak akan saya ceritakan disini, karena biar adik-adik dan dede-dede emesh tercintah mengalaminya keseruannya sendiri. Oh iya, kebetulan kalo adik-adik 2016 beruntung, bisa ketemu saya di Integrasi 2016, cuma sayangnya saya ngga akan terlalu banyak keliatan soalnya aing tersembunyi.

Untuk review selama masa kuliah, akan dibahas di post berikutnya. Terutama misuh-misuhnya juga bakal dibahas kok.

Terimakasih sudah membaca post yang ala kadarnya ini.